Kelola Sampah Secara Mandiri, Desa Jojogan Punya Absonik
Gaya Hidup

Kelola Sampah Secara Mandiri, Desa Jojogan Punya Absonik

Kejajar, (wonosobo.sorot.co)--Masalah sampah terus berlanjut tanpa henti. Permasalahan sampah telah menjadi masalah serius baik di kota maupun di desa. Namun, Desa Jojogan di Kecamatan Kejajar, Wonosobo, telah menemukan solusi inovatif dengan menciptakan Alat Pembakar Sampah Organik dan Anorganik (Absonik) yang dapat mengatasi masalah sampah tersebut.

Alat pengolah sampah ini terbukti sangat efektif dalam mengurangi jumlah sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Wonorejo, Wonosobo, yang saat ini mengalami kelebihan muatan.

Sekretaris Desa Jojogan, Budianto, menyatakan bahwa desa mereka berkomitmen untuk menangani masalah sampah agar masyarakat tidak lagi membuang sampah sembarangan, seperti ke sungai atau hutan. Beberapa tahun yang lalu, banyak masyarakat yang membuang sampah ke sungai dan menyebabkan banjir. Selain itu, hutan juga menjadi tempat pembuangan sampah rumah tangga yang mengakibatkan penumpukan sampah dan bau yang tidak sedap.

"Dulu banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan karena tidak ada fasilitas dan kita belum memfasilitasinya dulunya," katanya, pada Selasa (23/05/2023).

Pemerintah desa sebelumnya telah mencoba mengatasi masalah ini dengan program bank sampah, namun program tersebut tidak berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh mayoritas masyarakat yang berprofesi sebagai petani, sehingga mereka tidak dapat mengelola bank sampah secara terus-menerus. 

"Persoalan sampah bertambah saat TPA Wonolelo mengalami overload pada tahun lalu, hingga membatasi residu yang masuk TPA maksimal 30 persen," jelasnya.

Dalam menghadapi situasi ini, seorang pegiat sampah di Desa Jojogan bernama Sukoco mencetuskan ide pembuatan alat pembakaran sampah. Pemerintah Desa Jojogan menerima gagasan ini dan alat tersebut diberi nama Absonik.

"Awalnya kita membuat sebanyak 5 buah untuk 5 RT," ungkapnya.

Setelah beroperasi selama 3 bulan, alat ini berhasil mengurangi jumlah sampah di Desa Jojogan hingga 80 persen. Warga bergiliran melakukan pembakaran sampah setiap Jumat.

"Sampah dulunya setiap 1 minggu sekitar 3,5 - 4 ton sampah. Alat ini dapat mengurangi sampai hingga 80 persen," jelasnya.

Sukoco, inovator alat pembakar sampah, menjelaskan bahwa cara kerja Absonik masih sederhana. Alat ini menggunakan drum sebagai tempat penampungan sampah dan tungku pembakar yang menggunakan oli bekas sebagai bahan bakar.

"Api yang dihasilkan mencapai 600-700 derajat Celsius," jelasnya.

Sampah dimasukkan ke dalam lubang khusus pada alat tersebut secara bertahap hingga terbakar sepenuhnya. Menurut pengamatan, semua jenis sampah, baik yang kering maupun basah, dapat terbakar pada suhu 600-700 derajat Celsius.

"Satu drum alat ini berkapasitas sekitar 1 kuintal sampah dalam satu kali pembakarannya," bebernya.

Meskipun alat ini telah menunjukkan hasil yang baik, Sukoco berencana untuk memperbarui alat tersebut agar dapat beroperasi secara optimal. Menurutnya, alat yang saat ini menggunakan drum biasa tidak dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, terutama dalam menahan suhu hingga 700 derajat Celsius. Pembaruan akan meliputi penggunaan bahan yang lebih tebal dengan ukuran yang lebih besar, serta penambahan tungku untuk menampung lebih banyak sampah dan menghemat waktu serta tenaga.

"Maka ke depannya kita inovasi lagi menggunakan besi yang ukurannya 16 mili. Jadi sudah kita coba ternyata lebih kuat," ungkapnya.

Sukoco juga menyadari pentingnya mengurangi asap hasil pembakaran, sehingga dia berencana untuk menambahkan alat pencuci asap pada alat tersebut agar lebih ramah lingkungan. Sementara itu, abu sisa pembakaran dianggap dapat digunakan sebagai pengganti kaporit yang dapat mengurangi tingkat keasaman tanah.

"Dalam waktu dekat, Absonik dengan versi baru akan segera dibuat untuk dapat membakar sampah yang lebih optimal," pungkasnya.

Berkat inovasinya, Absonik berhasil masuk dalam 5 Inovasi Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat provinsi Jawa Tengah.